Minggu, 19 Oktober 2014

SUPPORT Dua Cyclist Inggris Start Keliling Dunia dari Indonesia

PERJALANAN PANJANG: Vivek Jadav (kiri) dan Hitesh Pankhania mampir ke kompleks Tugu Pahlawan saat hendak melanjutkan rute perjalanan dari Surabaya menyusuri pantai utara Jawa.

Hitesh Pankhania, 22, dan Vivek Jadav, 27, menantang diri untuk melakukan petualangan yang bakal mereka ingat seumur hidup: berkeliling dunia dengan bersepeda. Yang menarik, mereka menentukan titik start dari Denpasar, Bali, Indonesia!

* * *
 
RENCANA rute berkeliling dunia ala duo Englishmen ini sebenarnya simpel. Terbang dari London, Inggris, menuju Denpasar, kemudian pulang kembali ke negerinya dengan bersepeda. Tapi, praktiknya tentu tidak mudah. Memulai startpada 21 September lalu, mereka melintas di Surabaya pada 2 Oktober.

Rute berikutnya kemudian menyisir pantai utara Pulau Jawa. Mulai Surabaya ke Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, Semarang, hingga bablas sampai Jakarta. Pada Minggu (5/10), mereka mengontak Jawa Pos dan mengabarkan masih berada di Rembang, Jawa Tengah posisi terakhir ada di kota Cirebon pada tanggal 16-10-2014,di Cirebon dua bersodara tersebut menemui salah satu anggota arvc.

’’Dari Indonesia, kami ingin ke Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Tiongkok, kemudian terus bergerak ke barat sampai di Kazakhstan,’’ kata Jadav.

Rencananya, mereka tiba kembali di Eropa via Turki. ’’Dari Turki ke London rasanya mungkin biasa saja karena kami secara prinsip sudah sampai di kampung halaman,’’ ungkap Jadav.

Mereka awalnya hendak mengawali rute dari Australia. Sebab, mereka pernah bertemu cyclist yang juga memulai perjalanan dari Negeri Kanguru tersebut. Namun, setelah mempertimbangkan lagi, mereka membatalkannya. ’’Sebab, kami harus naik pesawat dari Australia ke Indonesia. Waktu dan uang akan terbuang banyak dari perjalanan singkat itu. Padahal, kami ingin lebih banyak mengeksplorasi daerah-daerah di Indonesia,’’ jelasnya.

Selain itu, berdasar perhitungan, jika memulai rute dari Indonesia, mereka akan tiba di Kazakhstan pada Maret. Namun, jika dari Australia, mereka bakal tiba di negeri pecahan Uni Soviet itu pada Januari. Padahal, pada bulan itu, suhu sedang dingin-dinginnya hingga minus 20 derajat Celsius! ’’Mana bisa bersepeda di suhu seperti itu? Jika Maret, suhu masih dingin, sekitar 10 derajat Celsius, tapi lebih mendingan,’’ papar Jadav.

Jika perhitungan waktu tidak meleset, mereka memperkirakan tiba kembali di London tepat setahun sejak startdari Denpasar itu. Tapi, dua Londoners tersebut tidak ingin terikat jadwal. Mereka ingin bebas menentukan jalur, rute, serta jadwal bersepeda berdasar suasana hati. ’’Bisa jadi kami berencana hanya lewat di satu kota. Tapi, karena kotanya begitu mengesankan, kami menunda dan tinggal beberapa hari,’’ ujar Pankhania.

Misalnya, ketika mereka bersepeda menuju Lamongan dari Surabaya pada Jumat (3/10). Jarak Surabaya–Lamongan sejatinya terlalu pendek karena hanya 30–40 km. Namun, mereka memutuskan menginap di Kota Soto tersebut demi menikmati kekayaan kulinernya. Padahal, masih banyak waktu bagi mereka untuk melanjutkan ke kota berikutnya.

Mereka berdua memang tidak ingin ngoyo pada awal perjalanannya. Pada minggu-minggu pertama, setiap hari mereka hanya melahap 30–40 km per hari. Berikutnya, baru 70–80 km hingga bablas 100 km per hari. Sebab, mereka tidak ingin fisiknya kaget. Apalagi mereka jauh dari rumah.

’’Sangat berbeda jika kamu bersepeda 100 km sehari, kemudian pulang ke rumah. Kamu mandi, kemudian sarapan dengan makanan yang sudah tersedia. Di sini, kami benar-benar mengandalkan diri kami sendiri. Mulai makanan hingga kesehatan,’’ tegas Jadav
.
Bersepeda sambil Galang Dana Amal

Dua cyclist ini memiliki latar belakang yang beragam. Vivek Jadav merupakan guru matematika di salah satu SMA di London. Sementara itu, Hitesh Pankhania baru lulus kuliah di jurusan ekonomi politik, juga di London. Mereka diikat satu tujuan yang sama. Yakni, menggalang dana untuk membantu anak-anak penderita kanker.

’’Awalnya karena Seema, adik perempuan Hitesh, didiagnosis hodgkin lymphoma (kanker yang menyerang getah bening). Kemudian, kami dibantu CLIC Sargent (lembaga amal kanker di Inggris). Kami lantas berpikir ingin membantu menggalang dana untuk mereka,’’ tutur Jadav.

Untuk ikut memberikan donasi, cukup gampang. Yakni, masuk ke Facebook page mereka di The World on Wheels atau langsung donasi via online melalui www.justgiving.com/theworldonwheels. Mereka juga melaporkan perjalanan mereka melalui blog www.theworldonwheels.com.

Jadav dan Pankhania sejatinya memiliki hubungan darah. Pankhania merupakan sepupu Jadav. Jadav mengajak Pankhania karena tidak ingin sendirian bersepeda keliling dunia. Seorang teman perjalanan sangat penting, terutama ketika mengalami hal-hal buruk. ’’Semua orang yang saya ajak bilang ini tantangan gila! Hanya Hitesh yang langsung bilang ya,’’ ungkap Jadav.

Pankhania menyanggupi tantangan tersebut karena tidak ingin langsung bekerja pascalulus kuliah. Dia ingin bertualang sebelum menghabiskan waktunya untuk bekerja. ’’Setelah ini, saya bisa fokus bekerja tanpa memikirkan ingin pergi ke tempat-tempat asing dunia,’’ katanya.

https://www.facebook.com/hiteshandvivek?fref=photo
https://twitter.com/theworldonwhee1
http://www.theworldonwheels.com/

support for the two brothers who travel the world by bicycle.